Sabtu, 27 Oktober 2012

Jadilah Pelita

Pada suatu malam, seorang buta berpamitan pulang dari rumah sahabatnya. Sang sahabat membekalinya dengan sebuah lentera pelita.
Orang buta itu terbahak berkata: “Buat apa saya bawa pelita? Kan sama saja buat saya! Saya bisa pulang kok.”
Dengan lembut sahabatnya menjawab, “Ini agar orang lain bisa melihat kamu, biar mereka tidak menabrakmu.”
Akhirnya orang buta itu setuju untuk membawa pelita tersebut. Tak berapa lama, dalam perjalanan, seorang pejalan menabrak si buta.
Dalam kagetnya, ia mengomel, “Hei, kamu kan punya mata! Beri jalan buat orang buta dong!”
Tanpa berbalas sapa, mereka pun saling berlalu.
Lebih lanjut, seorang pejalan lainnya menabrak si buta.
Kali ini si buta bertambah marah, “Apa kamu buta? Tidak bisa lihat ya? Aku bawa pelita ini supaya kamu bisa lihat!”
Pejalan itu menukas, “Kamu yang buta! Apa kamu tidak lihat, pelitamu sudah padam!”
Si buta tertegun..
Menyadari situasi itu, penabraknya meminta maaf, “Oh, maaf, sayalah yang ‘buta’, saya tidak melihat bahwa Anda adalah orang buta.”
Si buta tersipu menjawab, “Tidak apa-apa, maafkan saya juga atas kata-kata kasar saya.”

Kuatnya Sebongkah Harapan.

                                                    
Dahulu, ada seorang pengusaha yang cukup berhasil di kota
ini. Ketika sang suami jatuh sakit, satu per satu pabrik
mereka dijual. Harta mereka terkuras untuk berbagai biaya
pengobatan. Hingga mereka harus pindah ke pinggiran kota
dan membuka rumah makan sederhana. Sang suami pun telah
tiada. Beberapa tahun kemudian, rumah makan itu pun harus
berganti rupa menjadi warung makan yang lebih kecil
sebelah pasar. Setelah lama tak mendengar kabarnya, kini
setiap malam tampak sang istri dibantu oleh anak dan
menantunya menggelar tikar berjualan lesehan di alun-alun
kota. Cucunya sudah beberapa. Orang-orang pun masih
mengenal masa lalunya yang berkelimpahan. Namun, ia tak
kehilangan senyumnya yang tegar saat meladeni para pembeli.
Wahai ibu, bagaimana kau sedemikian kuat?

"Harapan nak! Jangan kehilangan harapan. Bukankah seorang
guru dunia pernah berujar, karena harapanlah seorang ibu
menyusui anaknya. Karena harapanlah kita menanam pohon
meski kita tahu kita tak kan sempat memetik buahnya yang
ranum bertahun-tahun kemudian. Sekali kau kehilangan
harapan, kau kehilangan seluruh kekuatanmu untuk menghadapi
dunia".
                                                  
                                                      
***********************************************************
                                                      
Tahukah Anda.
                                                  
                                                      
Menara Pisa, salah satu obyek wisata paling terkenal di
Italia, ternyata menjadi miring karena salah bikin. Dan
lebih dari itu, menara ini ternyata dibangun dalam waktu
lebih dari seabad.

Menara itu dibangun dalam tiga tahap. Tahap pertama
dimulai tahun 1178, yang berlangsung hingga tingkat tiga.
Pekerjaan dihentikan karena pada tahun ke lima, menara
sudah mulai miring ke selatan. Pekerjaan pembangunan
menara dihentikan hingga kira-kira 100 tahun, sebelum pada
tahun 1272 - tinggi menara ditambah 4 tingkat ke arah
berlawanan - agar menara dapat tegak.

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes