Ujian tulis seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN) dinilai masih diperlukan. Penghapusan SNMPTN dikhawatirkan ikut mengerek biaya pendidikan dari jalur mandiri.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi) Suyatno berkata, pemerintah juga harus memastikan mahasiswa yang diterima melalui seleksi nasional itu mengandung prinsip keadilan dan kesetaraan yang sama untuk masuk ke PTN. Jika memang tidak ada jalur tulis, jalur undangan harus menjadi pintu masuk bagi mahasiswa miskin agar bisa masuk jalur favorit seperti kedokteran dan teknik.
Namun, dia melihat, jalur undangan berpotensi banyak dimanipulasi karena sekolah mengatrol nilai. Tidak hanya itu, jalur undangan pun selalu tidak mencapai kuota karena PTN malas mencari mahasiswa yang memenuhi kriteria miskin. "Seleksi akademik harus menjadi prioritas. Jangan jalur undangan asal mengundang orang saja," tutur Suyatno, kemarin.
Dia berpendapat, pembukaan jalur mandiri di sejumlah PTN merupakan bentuk swastanisasi di dalam PTN yang mengarah ke komersialisasi. Seperti di kampus swasta, di jalur mandiri ini PTN berlomba-lomba mencari calon mahasiswa sebanyak- banyaknya. Selain itu, karena mahasiswa miskin berprestasi sudah ditampung di jalur Bidik Misi, PTN juga mengenakan biaya pendidikan yang tinggi dari jalur mandiri melalui mahasiswa kalangan atas.
Pengamat pendidikan dari UPI, Said Hamid Hasan, berpendapat, jalur tulis masih diperlukan karena penerimaan mahasiswa baru tidak hanya dilihat dari angka rapor. Seperti calon mahasiswa jurusan olahraga, musik, ataupun kelautan yang harus dites dari segi keterampilan. Jika jalur tulis dihapus, hak otonomi kampus dalam penerimaan mahasiswa baru terpotong.
Sementara sesuai hasil rapat antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) serta para rektor PTN kemarin, ujian tulis SNMPTN tetap akan dihapus. Namun, secara teknis masih akan ada ujian tulis untuk jalur mandiri di masing-masing PTN. Selain itu, ujian tulis juga tetap ada untuk memberikan kesempatan bagi peserta SNMPTN yang gagal tahun ini dan 2011 dengan mekanisme seperti 2012.
Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) Kemendikbud Djoko Santoso menambahkan, mekanisme untuk jalur undangan juga akan diubah. Persentasenya tidak lagi tetap 60 persen seperti saat ini, tapi bisa saja ditambah atau dikurangi sesuai kesepakatan hasil rapat dengan para rektor nanti. Djoko menerangkan, Kemendikbud menetapkan untuk jalur undangan, mahasiswa yang akan diterima disesuaikan dengan parameter yang ditetapkan masing-masing kampus. Parameter ini yang akan disandingkan dengan nilai ujian nasional (UN) murni.
"Jadi misalkan ada siswa yang mau masuk jurusan olahraga basket. Kampus itu menetapkan tinggi badan harus di atas 170 cm sehingga peserta di bawah tinggi itu tidak dapat masuk meski nilai UN-nya tinggi," kata mantan Rektor ITB ini.
Diberitakan sebelumnya, Kemendikbud akan menghapus jalur tulis SNMPTN sehingga tahun depan untuk masuk PTN hanya dibuka jalur undangan dan mandiri. Pemikiran sementara tetap menggunakan nilai ujian nasional (UN) sebagai syarat penilaian utama ditambahkan dengan parameter lain sesuai karakteristik masing-masing PTN.
sumber : http://kampus.okezone.com/read/2012/07/10/373/661120/jalur-undangan-rawan-manipulasi
0 komentar:
Posting Komentar